Media | Berita | Penerbitan

Sunday 25 August 2013

Suara Dari Hati


"Pertanyaan hidup yang paling penting dan mendesak adalah: apa yang telah engkau lakukan untuk sesamamu?"

Kalimat dengan tanda kutip diatas adalah ucapan Martin Luther King, Jr. Penerima Penghargaan Perdamaian Nobel, Time Person of the Year.

Beralih fungsi menjadi pekerja mencari dan menyusun berita (wartawan) untuk dimuat di surat kabar (koran) setelah keputusan meninggalkan radio tempat bekerja awal mengenal dunia media.

"Poskota Sumatera," nama surat kabar terbit di Kota Medan tempat aku mencurahkan segala unsur bahasa yang di ucapkan orang yang mengetahui secara jelas sebuah informasi.

Kamera, alat perekam, pulpen, dan notes menjadi perlengkapan yang diperlukan seorang wartawan, juga tak lupa kartu pers sebagai senjata ampuh untuk memuat jati diri.

Untuk mendapatkan sebuah informasi harus melakukan penjajakan kebenaran ucapan narasumber, terkadang harus terjun langsung ke lokasi suatu peristiwa.

Setelah mencatat urutan waktu dari sejumlah kejadian tersebut, kemudian pemotretan objek dan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan mengenai kejadian tersebut.

Sesudah menghimpun peristiwa tersebut, tinggal mengetik merangkai kata lalu mengirim ke badan yang memilih dan menyusun tulisan yg akan dimasukkan ke dalam surat kabar atau yang lazim disebut redaksi untuk dimuat pada edisi yang baru di surat kabar.

Tidak lama aku bernaung di Poskota Sumatera, mungkin hanya sekitar delapan bulan lamanya. Dan beralih ke surat kabar mingguan terbitan Kota Sibolga.

Thursday 22 August 2013

Suara Dari Hati


"Kerja adalah wujud nyata cinta. Bila kita tidak dapat bekerja dengan kecintaan, tapi hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu. Lalu, duduklah di gerbang rumah ibadat dan terimalah derma dari mereka yang bekerja dengan penuh suka cita"

Kalimat di atas dengan tanda kitup adalah sebuah karya dari penyair terkenal di seluruh dunia. Kahlil Gibran, seorang penyair kelahiran 6 Januari 1883 di Negara Lebanon itu dalam syairnya adakalanya menjadi dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Dan kata jenuh juga terkadang menghampiri setiap manusia dalam segala sesuatu hal. Baik itu dalam hubungan keluarga, cintan dan pekerjaan.

Begitu banyak kejenuhan dilalui dalam hari-hari ini, dan saat ini aku mengetik kejenuhan dalam pekerjaanku.

2013 aku bekerja di sebuah media lokal sebagai wartawan sekaligus merangkap jabatan pemasaran (dalam bahasa sehari-hari juga disebut loper koran) Tentu kita sudah tahu apa itu wartawan? Sepengetahuan saya wartawan itu adalah pemburu sumber informasi untuk diterbitkan di media cetak atau elektronik dan sering juga disebut kulih tinta.

Pertama masuk di dunia media berawal dari sebuah stasiun radio sebagai penyiar untuk membacakan berita yang dimuat koran terbitan Sumatera Utara di Kabupaten Samosir, Radio Suara Pusuk Buhit (RSPB) di Frekuensi 93,9 FM nama stasiun pengantar suara itu menjadi tempat awal bagiku mengenal media.

Enam bulan lamanya aku berkoak-koak di ruang pengantar suara itu setiap pagi membacakan kata-kata, kolom demi kolom yang ada di kertas koran.

Hidup sebagai penyiar memang sangat aku nikmati, begitu banyak berinteraksi lewat telepon untuk bertanya, memberi tanggapan, atau dapat cemohan kurang enak di telinga. Dan paling membanggakan saat nama kita menjadi sebuah hal biasa yang dibicarakan dikehidupan sehari-hari orang lain.

Hari demi hari, bulan demi bulan pun terlewatkan dan tak terasa sudah enam bulan duduk di kursi penyiar. Namun kehidupanku juga begitu saja tanpa ada perubahan yang kecil kurasakan, pas-pasan juga tak bisa dikatakan untuk memenuhi sebuah kebutuhan.

Suatu hari ketika saat itu ada wartawan datang ke radio tempat aku bekerja, wartawan itu saat ini [2013] sudah menjadi pemimpin redaksi majalah bulanan mengajakku terjun langsung memburu sumber informasi. Menjadi wartawan, itulah yang terlintas di dalam pikiranku dan aku pun meng-ia-kannya.

Beralih menjadi wartawan, stasiun radio itu pun kutinggalkan untuk menjadi kulih tinta.