Usia semakin hari semakin matang untuk menjalari putaran waktu, langkah kaki akan menuju sasaran kepelaminan segera mengarah. Namun, hati belum menentu dan meletakkan pilihan kepada seorang perempuan.
Dari setiap hubungan yang terjalin terasa tak adanya keseriusan untuk mengikat janji, semua hanya berstatuskan pacaran, dan setelah itu berakhir begitu saja. Entah ada yang kurang dalam perhatian ataupun perilaku, tetapi mungkin masih itulah perjalanan yang diberikan Yang Kuasa untuk dilalui.
Selama ini, Selalu mencintai seorang perempuan penuh kesungguhan tanpa memandang sidikit pun kekurangan, karena dalam diri ini juga dipenuhi oleh kekurangan.
Suatu waktu yang sudah berlalu, pernah menjalani hubungan dengan seorang perempuan berperawakkan badan ideal tinggi, wajahnya mempesona dengan hiasan bintik-bintik jerawat. Menurutku, perempuan itu sangat sempurna sebelum aku mengetahui sisi kelam yang dirasakan olehnya.
Hubungan pun terjalin dengan sebuah kata pacaran, rasa semakin menggebuh-gebuh, hati mulai menyatuh seperti diketahui apa yang dirasakan satu sama lain.
Kejujuran pun mulai kutanamkan, lebih baik bodoh karena kejujuran daripada bohong demi kebaikan. Kata-kata itu selalu terucap melalui telepon genggam yang menghinggapi telingganya.
Perlahan, perempuan itu membuka sedikit hatinya untuk jujur dan semakin lama semua dibalik senyumnya tersimpan kenyataan pahit yang tak bisa diterima oleh akal sehat diutarakan olehnya.
Setelah mengetahui jalan hidup yang dialami sewaktu mulai duduk di sekolah menengah pertama, aku pun seperti orang yang tak bisa mempertanggungjawabkan perkataan sebuah arti kejujuran.
Diam, tidak mengangkat telepon, aku menghindar, dan sebisa mungkin aku menjauh dari kehidupannya karena aku, hatiku, dan naluri berpikir akal sehatku tak bisa menerima perlakuan yang terjadi padanya.
Maaf, itulah kata yang kutuliskan untuk perempuan itu yang walaupun dia tidak bisa membaca tulisan ini. Suatu hari nanti berharap mengerti dengan sikap ini, aku sakit, stress, dan bahkan menjadi seperti orang gila setelah mengetahui jalan hidup yang dilalui olehmu.
Dari setiap hubungan yang terjalin terasa tak adanya keseriusan untuk mengikat janji, semua hanya berstatuskan pacaran, dan setelah itu berakhir begitu saja. Entah ada yang kurang dalam perhatian ataupun perilaku, tetapi mungkin masih itulah perjalanan yang diberikan Yang Kuasa untuk dilalui.
Selama ini, Selalu mencintai seorang perempuan penuh kesungguhan tanpa memandang sidikit pun kekurangan, karena dalam diri ini juga dipenuhi oleh kekurangan.
Suatu waktu yang sudah berlalu, pernah menjalani hubungan dengan seorang perempuan berperawakkan badan ideal tinggi, wajahnya mempesona dengan hiasan bintik-bintik jerawat. Menurutku, perempuan itu sangat sempurna sebelum aku mengetahui sisi kelam yang dirasakan olehnya.
Hubungan pun terjalin dengan sebuah kata pacaran, rasa semakin menggebuh-gebuh, hati mulai menyatuh seperti diketahui apa yang dirasakan satu sama lain.
Kejujuran pun mulai kutanamkan, lebih baik bodoh karena kejujuran daripada bohong demi kebaikan. Kata-kata itu selalu terucap melalui telepon genggam yang menghinggapi telingganya.
Perlahan, perempuan itu membuka sedikit hatinya untuk jujur dan semakin lama semua dibalik senyumnya tersimpan kenyataan pahit yang tak bisa diterima oleh akal sehat diutarakan olehnya.
Setelah mengetahui jalan hidup yang dialami sewaktu mulai duduk di sekolah menengah pertama, aku pun seperti orang yang tak bisa mempertanggungjawabkan perkataan sebuah arti kejujuran.
Diam, tidak mengangkat telepon, aku menghindar, dan sebisa mungkin aku menjauh dari kehidupannya karena aku, hatiku, dan naluri berpikir akal sehatku tak bisa menerima perlakuan yang terjadi padanya.
Maaf, itulah kata yang kutuliskan untuk perempuan itu yang walaupun dia tidak bisa membaca tulisan ini. Suatu hari nanti berharap mengerti dengan sikap ini, aku sakit, stress, dan bahkan menjadi seperti orang gila setelah mengetahui jalan hidup yang dilalui olehmu.