Media | Berita | Penerbitan

Tuesday 27 May 2014

Surat Untuk Nat

Apa yang aku pikirkan setelah melihatmu Nat? Ia, aku termenung dan berpikir untuk menguatkan aku mengatakan sudah menyukaimu saat itu Nat. 


Sudah lama, bahkan lama sekali, kita pertama bertatap wajah walau hanya sepintas aku melihat engkau dari jendela rumahmu, itupun terjadi karena seorang teman yang menjemput adek perempuannya pulang libur kuliah bersamaan denganmu dari Kota Medan.


Waktu itu juga aku berusaha menyampaikan salam perkenalan buatmu Nat, salam itu kutitipkan melalui temanmu, adeknya temanku itu. Dan bahkan salamku padamu pun kutitip juga ke temanku itu, karena aku tahu kalian berteman di Facebook. Namun, satu pun salam itu nggak kesampaian padamu Nat seperti yang kamu katakan.


Hari demi hari berganti-ganti, petemanan kita mulai dari pertemanan di facebook, tapi jangan bilang ia Nat kalau kita menjalin hubungan ini dari dunia maya. Chat kita mulai melalui berkirim pesan, kemudian aku meminta nomor telepon genggangmu dan engkau pun berbaik hati mengirimkannya.


Senang bisa mendapat kontak pribadimu, tapi kadang-kadang aku kesal samamu Nat, setiap aku menghubungimu selalu aja tak engkau angkat, kalau aku sms tak juah dibalas olehmu Nat, aku jadi mikir apa aku salah jika menelepon atau mengirim pesan samamu, nggak salah kan Nat?


Sabarlah aku Nat, menunggu kapan engkau menjawab telepon dariku, sampai lama berlalu begitu saja tak ada arah menentu, aku mulai lagi komunikasi, waktu itu kalau nggak lupa tepatnya Valentine Day, lagi-lagi tak juah terjawab.


Selanjutnya, kita sepakat untuk bertemu pada waktu pesta demokrasi dalam pemilihan wakil rakyat, lagi-lagi tak kesampaian. Padahal, aku sudah mengharapkan itu terjadi. Namun apa mau dikatakan, keinginan kita itu pun belum juah terpenuhi.


Tibalah waktu yang kita inginkan terjadi, pertemuan yang kedua, tapi serasa baru pertama kali berjumpa, dan itu terjadi di Ajibata.