Media | Berita | Penerbitan

Tuesday 24 March 2015

Musrembang Kabupaten Samosir

* Risma Hutabarat Puyeng datang ke Samosir

Penerangan dan infrastruktur jalan menjadi keprihatinan yang dilontarkan Kepala Bidang Sejarah Kepurbakalaan Dinas Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara Rismawati Hutabarat, pada saat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Samosir melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Samosir di Aula A. E. Manihuruk, Selasa, 17 Maret 2015.

Keterangan Foto: Foto bersama unsur pimpinan teknis dari Pemerintah Sumatera Ut bersama Sekdakab Samosir Ir. Hatorangan Simarmata. Foto oleh Abidan Simbolon

 
"Dalam menunjang pariwisata, dukungan wisata alam, budaya, dan sumber daya manusia (SDM). Saya datang kesini Puyeng Pak." Ujar Risma mengisahkan kedatangannya ke Samosir karena jalan yang rusak membuatnya pusing, itu dikatakan saat memberi paparannya.

Begitu juga dari Dinas Pertanian Provsu mengatakan dengan lahan pertanian beralih fungsi menjadi bangunan. Dan Dinas Pendidikan Provsu mengatakan Kabupaten Samosir adalah daerah tertinggal karena ketidak-adanya Sekolah Luar Biasa (SLB). Sedangkan Dinas Tata Ruang Provsu menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Samosir segera menetapkan RTRW.

Musrembang itu dilaksanakan selama 2 (dua) hari, keesok harinya, 4 (empat) anggota DPRD menyoroti bobroknya kinerja SKPD. Hal itu di katakan Sorta Siahaan dari F-PDI-Perjuangan. Menurut Sorta, SKPD kurang Optimal dalam melaksanakan Tugasnya, antara lain pembangunan jalan, jalan yang baru selesai di aspal belum tiga (3) bulan sudah rusak. Sementara dilahan pertanian berubah pungsi menjadi pemukiman, ini mempersempit dan bisa mengurangi lahan produktif para petani.

Dari F-Demokrat Bolusson Pasaribu, menekankan agar penanggulangan bencana tanggap dengan bencana di Kabupaten Samosir, Bolusson juga menekankan Dinas kehutanan agar hutan yang ada di kabupaten samosir bisa terjaga dan bisa di wariskan kepada Anak Cucu masyarakat Samosir nantinya.

Sementara itu, dari F-Gerindra Ir. Mardan Sihotang, juga menyoroti Dinas Pariwisata untuk mewujudkan seperti apa sebenarnya ‘negeri indah kepingan surga.’ Mardan berharap kepariwisataan di samosir yang berbasis andalan dan jangan hanya menampilkan keindahan Danau Tobanya saja. Seharusnya harus bisa sejalan dengan Pariwisata dalam kerajinan lokal.

Sedangkan F-NasDem yang juga Wakil Ketua DPRD Jonner Simbolon menekankan Gaji Honorer harus sesuai dengan Upah Minimum Kabupaten (UKM) yang berlaku.

 Musrembang Kabupaten Samosir selesai pada pukul 19.00 WIB dan ditutup  resmi oleh Wakil Bupati Samosir Drs. Rapidin Simbolon. (Abidan Simbolon)

Sumber: Reportase

HKBP dan Kementerian Kehutanan Tanam Pohon Bersama

Go Green dengan konsep satu pohon satu jiwa, diterapkan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan kerja sama Kementerian Kehutanan. Melalui bagian organisir HKBP, yaitu Komisi Pelaksana Pelayanan Strategis (KPPS) melakukan penanaman pohon di Kabupaten Samosir.

Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menanamkan jiwa pelestarian alam, lingkungan hidup yang menjadi kebutuhan sehari-hari, dan membudayakan diseluruh masyarakat. Seperti dikatakan Ketua KPPS Dr. Petrus Tambunan. MA.

"Dengan aksi nyata penanaman minimal satu pohon untuk setiap anggota jemaat, program ini diharapkan menjadikan gereja HKBP menjadi panutan warganya," Ujar Dr. Petrus.

Dalam kesempatan ini, Wakil Bupati Samosir Drs.Rapidin Simbolon juga menekankan agar tidak ada lagi penebangan hutan dengan sembarangan.

“Pada saat ini, saya juga mengajak kita semua agar menjaga keseimbangan lingkungan. Mari kita bersama-sama agar kedepan tidak ada lagi perambahan hutan dan penebangan kayu yang tidak semestinya” tegas Rapidin Simbolon.

Mengingat pentingnya penanaman pohon untuk wilayah Kabupaten Samosir yang sebagian besar banyak penggundulan, program Kementerian Kehutanan dan HKBP ini disambut baik oleh Ketua DPRD Samosir Rismawaty Simarmata.

"Kami semua berharap dengan kegiatan ini, alam Samosir semakin lestari dan lingkungan akan asri, sehingga Danau Toba bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat hingga anak cucu mendatang," Ujar Rismawaty.

Kementrian Kehutanan akan menyediakan bibit yang dibutuhkan KPPS dalam penanaman pohon yang dilakukan di Kecamatan Pangururan dengan luas 20 ha dan di Kecamatan Palili seluas 21,5 ha.

Wakil Ketua DPRD Jonner Simbolon, Kepala Dinas Kehutanan Samosir Ir. Yunus Hutauruk, Praeses HKBP Pdt. Debora Sinaga, Camat Pangururan, pemerhati lingkungan Fernando Sitanggang dan beberapa warga hingga jemaat HKBP, tampak hadir dalam kegiatan itu. (Abidan Simbolon)

Sumber: Reportase

Jonni Sihotang: Membangun Samosir Jangan Serahkan Kepada Siapa Pun

Menjelang perhelatan demokrasi di Kabupaten Samosir, para bakal calon bupati sudah terpampang pada baliho yang berdiri di sisi jalan. Berbagai hiasan kata ‘membangun’ dan ‘sejahtera’ disajikan untuk masyarakat.

Jonni Sihotang. Foto adalah dokumentasi Abidan Simbolon.


Jonni Sihotang, mantan Wakil Ketua DPRD pun resmi menyatakan diri untuk ikutserta maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Samosir 2015, pengakuan ini menjawab pertanyaan yang berhembus di lingkungan perpolitikan masyarakat Samosir.

Hal tersebut diketahui saat Harian Reportase mewawancarai Jonni Sihotang di Aula Wisma Sinur Sejahtera, Buhi, pada Kamis, 19 Maret 2015.

Keikutsertaan Jonni, juga untuk mengajak masyarakat yang tinggal di Samosir ikut berpartisipasi dalam kemajuan dan menjadi pelaku pembangunan di Kabupaten Samosir.

“Selama ini saya utarakan dihadapan siapa pun. Pertama sekali, jangan pernah bebankan kepada siapa pun selain daripada ‘kita’. Ujar Jonni.

Diterangkan Jonni Sihotang, ‘kita’ dalam artian adalah masyarakat yang tinggal di Samosir dan bukan perantau.

“Kalau perantau datang memberikan pembangunan ke Samosir, itu hanya membantu. Pertama sekali tanggung jawab ‘kita’ ini membangun Samosir ini. Jangan serahkan pada siapa pun.” Ujarnya.

Pilkada kali ini bagi para bakal calon, menurut Jonni Sihotang adalah pertarungan pemikiran yang harus membangun strategi atau ide. Dikatakannya, jika seorang calon memiliki strategi yang meningkatkan perekonomian rakyat, Jonni akan mundur dan menggarap dukungan untuk mendukung calon tersebut.

Diungkit tentang strategi apa, Jonni Sihotang hanya sedikit berkomentar, “saya sudah bangun strategi dan pasti saya jamin dan berkeyakinan dengan strategi saya. Rakyat pasti bisa terima,” ujarnya.

Disinggung tentang sangkaan hukum yang menjeratnya dan juga perusahaannya, Jonni mengatakan persoalan PT.GDS akan diselesaikan sebagaiman hukum yang berlaku.

“Persoalan GDS, biarkan dihadapan hukum diselesaikan,” pungkas Jonni Sihotang. (Abidan Simbolon)

Sumber: Harian Reportase

Friday 20 March 2015

Marwan Dasopang Reses di Samosir

Bertaraf tipe C, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Hadrianus Sinaga sudah setara pembangunannya dengan rumah sakit di perkotaan, hal ini dikatakan anggota DPR Marwan Dasopang, saat mengunjungi RSUD Dr. Hadrianus Sinaga, beberapa waktu lalu.

"Walaupun rumah sakit ini masih bertaraf  tipe C, namun dari sisi pembangunannya setara dengan rumah sakit di perkotaan," ujarn Marwan.

Politisi PKB anggota Komisi IX yang membidangi kesehatan itu berjanji akan memperjuangkan kebutuhan RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan, untuk penunjang kesehatan yang lebih baik. Dalam kesempatan itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir menyerahkan Proposal penunjang kesehatan RSUD Pangururan ke depan dan diterima oleh Marwan.

Menurut Marwan, digelarnya reses, guna menyerap aspirasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Marwan Dasopang beserta istrinya, juga mengunjungi ruangan rumah sakit didampingi Ketua DPC PKB Samosir Nasip Simbolon, Sekretaris DPC PKB Tatar Pasaribu, anggota DPRD dari PKB Samosir Viktor Simbolon, dan disambut Kepala Tata Usaha RSUD, Hara Sigalingging. (Abidan Simbolon)


Sumber:  Reportase

Rapidin Simbolon Berikan Bantuan

Mesin pompa dan pipanisasi dari Badan Ketahanan Pangan (Ketapang) Kabupaten Samosir yang diterima warga di Kecamatan Palipi tak berguna, terkendala dalam hal biaya operasional.

Akibatnya, puluhan hektar persawahan mengalami kekeringan saat musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Samosir beberapa waktu belakangan ini. Dan bisa mempengaruhi hasil panen seperti yang terjadi pada tahun lalu.

Wakil Bupati Samosir Drs. Rapidin Simbolon, MM, saat melakukan monitoring pertanian di Desa Gorat Pallombuan dan Desa Palipi, Kecamatan Palipi, melihat kondisi pertanian yang dialami petani dilapangan.

Drs. Rapidin Simbolon, memberikan bantuan berupa 1500 liter BBM untuk Gapoktan Desa Gorat Pallombuan dan 1500 liter BBM untuk Gapoktan Desa Palipi.
Bantuan itu berupa dana pribadi yang diberikan oleh Rapidin kepada kelompok tani untuk mengoperasikan mesin pompa irigasi.

"Bantuan tersebut agar dipergunakan sebaik-baiknya, sehingga sawah yang mengalami kekeringan tersebut dapat diatasi dan tidak mengalami gagal panen seperti tahun lalu," ujar Drs. Rapidin

Beliau juga berjanji akan memperjuangkan perbaikan dan operasional mesin pompa irigasi yang sedang rusak, sehingga tahun depan diharapkan para petani bisa panen dua kali setahun.

Kunjungan Wakil Bupati Samosir itu, didampingi Ka. BPBD Jaingot Banjarnahor, SP, Kaban Ketapang drh. Erkanus Simbolon, M.Si, Kabag Pembangunan Drs. Sudion Tamba, Kabag Kessos Maden Simbolon, S.Pd dan Camat Palipi Togaraja Sinaga, S.Pd. (Abidan Simbolon)

Sumber:  Reportase
 

Kunjungan Komisi V DPR RI di Samosir

Masyarakat menyampaikan keluhan tentang buruknya infrastruktur atau jalan menuju desa-desa di Kabupaten Samosir. Keluhan itu didengar langsung oleh anggota DPR RI Sahat Silaban. SE, pada saat Rapat Dengar Pendapat (RPD) di Aula Kantor Camat Onanrunggu. Selasa, 10 Maret 2015.



Dalam kesempatan ini, masyarakat mengeluh akses jalan menuju desa mereka dan bahkan tak pernah tersentuh oleh pembangunan. Begitu juga dengan pertanian yang selalu mengecewakan petani dalam setiap panen jika terjadi musim kemarau. Hal itu disampaikan oleh Edison Samosir pada kesempatan RDP dengan Sahat Silaban. SE.

"Hasil tani yang sering tidak memuaskan petani, Pak. Kepada Bapak Sahat Silaban, kami berharap pembangunan irigasi dibangun di Onanrunggu ini," ujar Edison.
Kehadiran Sahat Silaban. SE, dalam RDP tersebut diharapkan jangan hanya sekadar tatap muka atau seremonial belaka. Donal Lumbanraja menegaskan bahwa masyarakat sudah bosan dengan acara-acara seperti itu.

"Masyarakat sudah bosan jika ini hanya untuk seremonial dan tatap muka saja, kami butuh tindakan nyata," ujar Donal.

Sebelum menanggapi keluhan masyarakat, Sahat Silaban bercerita tentang keprihatinan di daerah Tapanuli terutama jalan di desa. Politisi NasDem itu teringat pada masa kampanye berjalan kaki karena jalan tersebut tak bisa dilalui sepeda motor.

Dan dari pengalaman itu, Sahat Silaban sebelum terpilih sudah berpesan kepada Ketua NasDem untuk ditempatkan di Komisi V yang membidangi Infrastruktur, Perhubungan, dan Desa Tertinggal.

Anggota DPR RI dari daerah pemilihan II, itu berjanji akan menyuarakan aspirasi masyarakat, politisi Partai NasDem itu menegaskan agar mengusulkan setiap rencana pembangunan ke pemerintah pusat.

"Silahkan diusulkan, saya akan kawal. Jangan malu kalau desa kita masih tertinggal. Jangan ada dusta diantara kita." Ujar Sahat Silaban, SE.

Dalam RDP itu dihadiri anggota DPRD dari fraksi Partai NasDem Jonner Simbolon, Martopolo Tamba, Hendrik Naibaho.

Sehari sebelumnya, Politisi NasDem itu melaksanakan kunjungan kerja di Hotel Gorat bersama pimpinan SKPD Kabupaten Samosir. (Abidan Simbolon)
 Sumber: Reportase
 

"Niat Ada, Tergantung Yang Diatas"

OLEH ABIDAN SIMBOLON (Ka. Biro Samosir)

BERBAGAI kritikan diterima dari dalam dan luar pemerintahan. Namun semua itu selalu direspon baik oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Samosir Ir. Hatorangan Simarmata.

Ir. Hatorangan Simarmata, di ruang kerjanya. Foto oleh Abidan Simbolon

 
Kesibukan Ir. Hatorangan Simarmata sebagai aparatur pemerintah terlihat saat wartawan Harian Reportase Abidan Simbolon ditemani Chandra Hutajulu dari Koran Minar bertamu ke ruangan Sekda Kabupaten Samosir itu, sedang memeriksa beberapa berkas yang tergeletak di meja kerjanya.

Koran ini mewawancari selama 2 (dua) jam mengenai profil dan perjalanan karir pria dengan nama baptis lengkap: Hatorangan Dapentua Simarmata, pada hari Kamis, 12 Maret 2014, di lantai 2 (dua) Kantor Bupati, Jalan Raya Rianiate, Km 5,5.

"Dapen," ujar Sekda menirukan ayahnya menyebut namanya semasa kecil. Anak paling bungsu dari 7 (tujuh) bersaudara itu terlahir dari keluarga yang sudah memasuki ranah pemerintahan pada jaman Belanda masih di Indonesia. Keseharian ayah Hatorangan sebagai  Raja Bius (tokoh adat) dan juga menjabat Ketua Dewan Pemerintahan untuk 8 (delapan) kepala kampung di Kenegerian Simarmata.

Raja Bius menjadi salah satu warisan yang diteruskan oleh Dapentua–panggilan dari orangtunya. Pria kelahiran 22 Juni 1957, itu menjadi penerus keturunan adat-istiadat keluarga yang tinggal di kampung.

Mempersunting Boru Silitonga
Ir. Hatorangan Simarmata mempersunting Rohani Silitonga dan dikaruniai 1 (satu) anak perempuan dan 2 (dua) anak laki-laki.

Hatorangan menuturkan sedikit kisahnya menemukan Rohani Silitonga yang dulu bekerja sebagai tenaga pendidik yang ditempatkan di Simarmata.

"Adong na paimahon," kata Hatorangan dengan tertawa mengingat pendamping hidupnya itu ternyata di Simarmata juga.

Karir
Ir. Hatorangan Simarmata menjabat sebagai Sekdakab Samosir mulai tahun 2011 hingga kini, beliau bercerita tentang perjalanan karir yang dimulai setelah lulus dari Fakultas Pertanian tahun 1977 di Universitas Sumatera Utara (USU) dan melamar kerja di Departemen Transmigrasi (Deptrans) di Jakarta. Deptrans menempatkannya di Ambon, Provinsi Maluku.

Pengalaman hidup dialami oleh Ir. Hatorangan selama bekerja di Ambon, salah satu pedoman kerja yang dianutnya dari sebuah buku yang diberikan Chosim–kepala di tempat kerja Hatorangan. Buku berjudul  "Pemuda yang Berkarya" berkisah perjuangan seorang lelaki dari Aceh  yang berjuang 8 km menembus gunung dengan menggali sendirian untuk menyalurkan air ke sebuah desa terpencil di Maluku.

Kisah dalam buku tersebut menjadi panutan yang ditanamkan oleh Ir. Hatorangan Simarmata dalam perjalanan karirnya dan merasa untuk berbuat yang lebih baik.
"Ternyata, kita belum seberapa dengan perjuangan untuk Indonesia," Ujar Ir. Hatorangan menceritakan kisah tersebut.

Selanjutnya, Ir. Hatorangan meneruskan kisah selama di Ambon. Waktu itu terjadi kerusuhan di Indonesia bagian timur termasuk Ambon, Deptrans mengeluarkan keputusan kepada siapa saja bisa pindah karena situasi Kerusuhan di Ambon.

Ir. Hatorangan pindah dari Ambon ke Sumatera Utara dan ditempatkan di Dinas Kehutanan Kabupaten Toba Samosir.

Setelah Kabupaten Samosir pemekaran, Ir. Hatorangan menjabat sebagai Kepala Dinas (Kadis) Pertanian pada tahun 2004, kemudian tahun 2006 jabatannya sebagai Kadis Kehutanan, dan diusulkan oleh DPRD pada tahun 2008 untuk menjabat Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Tahun 2011, Ir. Hatorangan dipercayai Bupati Samosir Ir. Mangindar Simbolon untuk menjabat sebagai Sekda Kabupaten Samosir.

Dari pengakuan Ir. Hatorangan Simarmata, perjalanan karir atau jabatan yang didapat tidaklah karena permintaan ataupun menyuap atasan. Bahkan, Hatorangan tidak tahu namanya direkomendasikan untuk menjabat jabatan seperti Kepala Bappeda.

"Bupati Samosir memberitahu kalau saya diusulkan oleh DPRD sebagai Kepala Bappeda," Ujar Hatorangan.

Di usia 58 tahun tak terlihat lelah pada raut muka Ir. Hatorangan Simarmata melaksanakan tugas pemerintahan sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Samosir. Alumni SMP N II Pangururan itu akan menginjak masa pensiun pada 1 Juli 2015 mendatang.

"Semua tergantung pimpinan, kalau masih dipercayai," ujar Ir. Hatorangan ketika ditanya Reportase tentang masa pensiun beliau.

Disinggung tentang keikutsertaannya meramaikan pesta demokrasi sebagai calon Bupati pada tahun 2015, beliau dengan penuh kerendahan hati dan tegas mengatakan "Niat ada, tergantung Yang Diatas." ucap Ir. Hatorangan Simarmata.

Sumber: Harian Reportase

Friday 13 March 2015

Perjalan Hidup Natalina

[FIKSI] NATALINA, perempuan berbadan tegap dengan rambut sebahu, mengenakan seragam sekolah putih abu-abu dengan semangatnya memangkul tanpi--penganan terbuat dari bambu, berisikan kue basah tradisional olahan Ibunya--Surningsi, untuk dijajalkan sewaktu jam istirahat di Sekolah Menengah Atas (SMA), tempat dia menuntut ilmu.
 
Setiap hari Natalina berjualan kue tradisional disaat jam istirahat, semua itu harus dilakukan untuk memenuhi keperluan sekolahnya dan juga adiknya--Andre, yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Ibunya, juga bejualan kue tradisional dengan berjalan kaki di kota untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Rumah tempat Natalia termasuk hunian tak layak, ukuranya 2meter X 4meter dengan dinding berpapankan seng bekas berkarat, atapnya terbuat dari empat drum aspal yang sudah dilebarkan. Untuk menutupi dinding yang karatan itu, Natalina mengunakan kardus bekas yang dipungut dari tong sampah di depan rumah warga sewaktu melintas hendak pulang sekolah.

Di rumah kecil itulah, Natalina, Andre, dan Ibunya, Surningsi, menjalani hidup tanpa kepala rumah tangga, yaitu seorang ayah bagi Natalina dan Andre, juga sebagai suami untuk Surningsi.

Kepahitan hidup, mereka alami berawal ketika ayah Natalina menikah lagi dan menceraikan Surningsi hingga mengusirnya dari rumah mereka. Natalina dan Andre memilih untuk ikut bersama Ibunya.

Ibu Natalina adalah keturunan Jawa, datang ke kota Medan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tak satu pun sanak saudaranya tinggal di kota itu. Surningsi berkenalan dengan pria yang menjadi suami dan menjadi ayah bagi Natalina dan Andre.

Waktu itu, Selasa, 10 tahun silam, Natalina, Andre, dan ibunya Surningsi diusir dengan keji. Malam hari akan segera tiba, tak ada yang bisa mereka perbuat, sekedar untuk menyewa sebuah ruang lesehan pun tidak bisa.

Malam itupun tiba, hitam gelap ditemani remangnya lampu jalan yang sudah usang, mereka berhenti disebuah teras rumah yang megah dalam tahap pembangunan. Mereka tidur di teras rumah megah itu, sunyi, dan dingin menggigit kulit.

"Kenapa Bapak mengusir kita Bu?" Ujar Andre kepada Ibunya sambil menangis.
Surningsi mendekap Andre dengan erat, air matanya menetes hingga terjatuh di kening Natalina yang juga saat itu menangis dengan anggukan kecil.

Larut mulai terasa, Surningsi memperhatikan kedua buah hatinya sudah terlelap walau tanpa selimut, Surningsi membuka tas hadang yang dibawanya dari rumah, lalu mengambil kain sarung untuk dilebarkannya ke kedua anaknya itu.

Dalam hati, Surningsi mengutuk kelakuan suaminya itu agar menerima azab yang setimpal. Entah karena bencinya terhadap suaminya atau memikirkan jeratan hidup yang dijalani oleh Surningsi, matanya tertutup dan tertidur dengan air mata di pipi.

"Tok, tok, tok," bunyi itu terdengar oleh Surningsi, dilihatnya ada bayangan manusia di depan persis di halaman bangunan itu. Surningsi terbangun sadar dan dilihat dengan jelas bahwa itu tukang yang merenovasi rumah megah itu sedang menancapkan paku ke papan dengan palu

"Maaf Bu, kami mau bekerja, tolong Ibu bangunkan anak-anaknya, di sana ada tempat untuk berteduh." Kata lelaki hitam pakai topi, pekerja rumah itu, sambil menunjuk sebuah gubuk.

"Nat, Andre, bangun Nak." Ujar Surningsi membangunkan kedua buah hatinya. Lalu mereka meninggalkan rumah megah itu menuju tempat yang ditunjuk oleh kuli bangunan pada Surningsi.

Sampailah Surningsih bersama anak-anaknya di tempat berteduh yang disebutkan kuli bangunan itu, tempat dengan ukuran 2meter X 4meter menempel di tiang tonggak listrik, rumput ilalang tumbuh mengelilingi bangunan kecil itu.

Dari situlah awal kehidupan keluarga Surningsi, menjalani hari-harinya hingga bisa melanjutkan sekolah kedua anaknya.

Lingkungan sekitar tempat tinggal Surningsi pun bisa menerima kehadiran mereka, warga berdatangan memberi perlengkapan, juga mendukung dan memberi uang agar Surningsi membuat kue tradisional untuk dijual.

Natalina pun ikut membantu Ibunya untuk menjual kue. Gadis putih nan elok dipandang mata lelaki itu, tidak malu menjajalkan kue saat jam istirahat sekolah, para guru di sekolah memuji kemauan tekad Natalina.

Banyak yang menggoda Natalina saat menjual kue, apalagi kakak kelasnya selalu suka merayunya saat membeli kue, begitu juga guru biologi di sekolahnya itu.

Setiap hari di sekolah, guru biologinya membeli kue dari Natalina, kadang Natalina disuruh masuk ke ruangannya dan merayunya. Tulisan ini bukan mengarah Vulgar, mari coba kita bayangkan, Natalina sosok wanita yang membuat lelaki menelan ludah, bahenol. Bisa dikatakan Natalina perempuan yang mampu menaikkan birahi.

Jailnya lelaki kepada Natalina sudah biasa, Natalina tak memperdulikan semua itu, kecuali guru biologinya itu. Saking sering membeli kue dengan membayar tapi tidak menerima uang kembaiannya, membuat Natalina sungkan kepada gurunya itu.

Natalina pun ternoda oleh kelakuan sang guru, ketika saat membayar kue, guru biologi itu menyusupkan uang bayaran kue langsung ke saku baju SMA yang dikenakan Natalina. Hingga sekitar satu menit lamanya tangan si guru bertahan. Natalina tidak bisa bicara, wajahnya memerah, lalu guru itu mencabut tangannya dari saku Natalina yang tepat di daerah dada.

Sentuhan guru biologi itu adalah sentuhan lelaki yang dirasakan Natalina, kejadian itu semakin sering terulang dialami, bahkan kelakuan sang guru tidak lagi sebatas sentuhan. Ciuman dan pelukan pun sudah dirasakan oleh Natalina dari gurunya itu.Kelakuan itu pun berlanjut dilakukan.

Natalina pun akan memasuki Ujian Nasional, metode belajar pun ditingkatkan di sekolah itu dengan menambahkan les sore. Waktu itu, jam les sore sudah selesai dan Natalina hendak pulang. Di gerbang sekolah, guru biologi itu menyodorkan tumpangan untuk mengantarkan Natalina pulang ke rumah dan Natalina mengiakannya.

Natalina memasuki mobil Honda Jazz milik gurunya itu, mereka jalan namum bukan arah rumah Natalina.

"Ini bukan arah rumah saya, Pak," ucap Natalina.

"Kita singgah dulu ke rumah saya sebentar." Gurunya menjawab ucapan Natalina.

Sampailah di lokasi perumahan elit, mobil diparkirkan di depan rumah bertingkat bercat putih. Guru biologi itu keluar dari mobil, tapi Natalina masih tetap di dalam.

Guru itu berjalan mendekati pintu mobil sebelah kiri lalu membuka dari luar dan berkata, "silahkan turun tuan Putri, kita sudah sampai di istanaku."

"Pak, saya tunggu di mobil saja, nanti dilihat orang," ucap Natalina.

"Aku ingin memberikan sesuatu untukmu," ujar guru biologi.

Natalina pun menurut kepada guru itu dan mereka berjalan menuju pintu depan rumah megah bertingkat itu.

Mereka sudah di dalam rumah, guru Natalina itu menutup pintu dan secara mendadak memeluk Natalina dari belakang. Natalina terkejut, namun tak merontah.

Natalina dipapa ke arah kamar di ruang tengah rumah itu dan membaringkannya di atas tempat tidur yang empuk.

"Natalina, maukah engkau menikah denganku?" Ujar si guru.

"Bapak ngomong apa? Aku kan masih anak SMA?" Ucap Natalina.

"Aku sudah meniatkan dirimu untuk pendamping hidupku, maukah engkau hidup bersamaku?" tanya gurunya.

"Bagaimana dengan status aku masih sekolah? Lagian, apa Bapak, mau menerima keadaan keluargaku?" Natalina kembali bertanya.

"Aku sudah tahu keadaan keluargamu, bukan karena aku kasihan kepadamu. Tetapi ada rasa ingin memilikimu." kata guru itu kepada Natalina.

Natalina menjawab. "Aku bersedia, Pak. Tapi ....."

"Tapi apa?" gerutuh guru itu.

"Bagaimana caranya kita bersatu? Aku anak sekolah? Apakah aku harus putus sekolah?" ujar Natalina.

Tiba-tiba sang guru memegang dan meletakkan telapak tangan kanan Natalina tepat di atas kepala si guru dan berkata.

"Aku berjanji, seusai engkau lulus sekolah, kita akan menikah. Sebagai tanda keseriusan diriku untuk mempersuntingmu, mulai besok aku, kamu, dan keluargamu akan tinggal di rumah ini." kata guru itu dengan sungguh-sungguh.

"Aku menyayangi, Bapak." ucap Natalina disertai tangis bahagia.

Guru itu pun mencium kening Natalina, lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang yang dibarengi gairah. Dan tak terasa, adegan suami istri pun mereka lakukan.

Tidak terasa, malam mulai hadir. Mereka bergegas ke rumah Natalina. Sesampai di rumah, Surningsi, Ibunya Natalina menanyakan putri pertamanya itu.

"Darimana saja kamu, Nat? Pulang sampai malam begini." Tanya Surningsi.

"Maaf, Bu." Jawab guru itu.

"Ehhh, Adek ini siapa? Kok bisa bareng Natalina?" Tanya Surningsi pada Guru itu.

"Namaku Edo, aku guru biologi disekolah Natalina." Jawab guru Natalina yang bernama Edo itu.

"Guru? Ada masalah apa disekolah?" tanya Surningsi dengan kaget.

"Ia Bu, saya guru. Tidak ada masalah kok, aku datang ke sini untuk menyatakan melamar Natalia sebagai pendamping hidupku. Aku ingin menikahi dengan putri, Ibu." Tegas Edo.

Edo melanjutkan perkataannya, "Aku ingin keluarga Ibu tinggal di rumah Edo." ujar Edo pada ibu Natalina.

Setelah saling memberi penjelasan. Edo, Surningsi, dan Natalina sepakat antara Edo dan Natalina menikah setelah tamat SMA. Keesok harinya, keluarga Surningsi pindah ke rumah megah Edo dan disambut hangat kedua orang tua Edo.

Setelah bersapa ria antara keluarga Edo dengan keluarga Natalia, Surningsi baru mengetahui bahwa Edo adalah anak satu-satunya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan Natalina pun lulus sekolah. Dan benar saja apa yang dijanjikan oleh Edo, mereka menikah, kebahagian itu pun dirasakan kedua keluarga itu.

 =====
å Penulis fiksi ini adalah pengelolah halaman facebook Unshakable Team.