Dia sudah jauh, pergi ke tanah Melayu untuk melanjutkan jenjang pendidikannya. Wajahnya tak terlupa oleh karena hiasan bintik-bintik jerawat nan indah dipandang mata, berpadu rambut keriting sebagai mahkota perempuan. Perlakuannya sangat manja, centil, dan suka memperlihatkan tatapan mata yang tajam, namun Dia seorang perempuan lembut. Dia adalah sang pacar dulu.
Dulu sewaktu di kota ini, kesehariannya bekerja disebuah kantor yang mendengar keterangan saksi, mempertimbangkan, dan menjatuhi hukuman. Hampir setiap hari kerja, Dia, selalu menghiasi tatapan mata jika bertandang ke kantor itu.
Jalinan kasih terurai dalam sebuah hubungan, namun apa mau dikata, cinta itu tak selalu setia. Tulisan ini bukan untuk memberitahu lakon seutuhnya dan juga bukan memperburuk tingkah lakunya, tapi Dia, menginginkan ini hadir di halaman abidansimbolon.blogspot.com.
Jalinan kasih itu dibumbui dengan cinta segitiga, memiliki idaman lelaki selain saya (admin), itu terbukti setelah pengakuan seorang. mengetahui itu, tak banyak yang bisa diperbuat, hanya berserah melepas perempuan yang berjerawat itu tanpa sebuah kata akhir untuk hubungan itu.
Perjalanan ke Salib Kasih, Tarutung, waktu itulah terakhir kali untuk melepasnya ke lelaki idamannya. Di salah satu ruangan doa seraya memohon agar Dia, bahagia bersama lelaki yang hadir dalam persegitigaan cinta.
Setelah itu, layaknya seorang sahabat, berbicara sewajar-wajarnya, dan berpapasan dengan senyum. Hanya itu terlakukan saat tersebut.
Roda perjalanan hidup selalu berputar, Dia berniat untuk menuntut impian yaitu: pendidikan dengan sebutan mahasiswa dan itu tercapai. Perempuan dengan penuh semangat ini begitu hebat, Dia besar di sebuah desa di Batu Nadua, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara.
Keinginan Dia, pun terpenuhi oleh waktu, di tanah Melayu, Dia punya tiket emas untuk cita dan harapan. Dia pamitan dan meminta untuk bersama beberapa hari sebelum keberangkatan itu, namun itu tak terasa oleh karena disibukkan rutinitas.
Beberapa bulan yang lalu, Dia datang ke kota ini, tak banyak perbedaan dalam wajahnya, masih membuat terpesona oleh bintik jerawat. Duduk bersama, tawanya mengakak-ngakak, dan pelukan rasa rindu pun terjadi.
Dalam pikiran berkata: ketika berbicara hati, hal utama adalah kejujuran. Dan itu pun terlakukan dengan sebenarnya. Status diri pun diketahu olehnya, yang walau pun harapan bersama masih didambakan.
Tuhan punya rencana, jodok tak diketahui oleh siapa pun. Mari berpikir untuk kemapanan hidup. Semua, indah pada waktunya.
Dulu sewaktu di kota ini, kesehariannya bekerja disebuah kantor yang mendengar keterangan saksi, mempertimbangkan, dan menjatuhi hukuman. Hampir setiap hari kerja, Dia, selalu menghiasi tatapan mata jika bertandang ke kantor itu.
Jalinan kasih terurai dalam sebuah hubungan, namun apa mau dikata, cinta itu tak selalu setia. Tulisan ini bukan untuk memberitahu lakon seutuhnya dan juga bukan memperburuk tingkah lakunya, tapi Dia, menginginkan ini hadir di halaman abidansimbolon.blogspot.com.
Jalinan kasih itu dibumbui dengan cinta segitiga, memiliki idaman lelaki selain saya (admin), itu terbukti setelah pengakuan seorang. mengetahui itu, tak banyak yang bisa diperbuat, hanya berserah melepas perempuan yang berjerawat itu tanpa sebuah kata akhir untuk hubungan itu.
Perjalanan ke Salib Kasih, Tarutung, waktu itulah terakhir kali untuk melepasnya ke lelaki idamannya. Di salah satu ruangan doa seraya memohon agar Dia, bahagia bersama lelaki yang hadir dalam persegitigaan cinta.
Setelah itu, layaknya seorang sahabat, berbicara sewajar-wajarnya, dan berpapasan dengan senyum. Hanya itu terlakukan saat tersebut.
Roda perjalanan hidup selalu berputar, Dia berniat untuk menuntut impian yaitu: pendidikan dengan sebutan mahasiswa dan itu tercapai. Perempuan dengan penuh semangat ini begitu hebat, Dia besar di sebuah desa di Batu Nadua, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara.
Keinginan Dia, pun terpenuhi oleh waktu, di tanah Melayu, Dia punya tiket emas untuk cita dan harapan. Dia pamitan dan meminta untuk bersama beberapa hari sebelum keberangkatan itu, namun itu tak terasa oleh karena disibukkan rutinitas.
Beberapa bulan yang lalu, Dia datang ke kota ini, tak banyak perbedaan dalam wajahnya, masih membuat terpesona oleh bintik jerawat. Duduk bersama, tawanya mengakak-ngakak, dan pelukan rasa rindu pun terjadi.
Dalam pikiran berkata: ketika berbicara hati, hal utama adalah kejujuran. Dan itu pun terlakukan dengan sebenarnya. Status diri pun diketahu olehnya, yang walau pun harapan bersama masih didambakan.
Tuhan punya rencana, jodok tak diketahui oleh siapa pun. Mari berpikir untuk kemapanan hidup. Semua, indah pada waktunya.